Rabu, 04 Maret 2009

Contoh Fishtrack dan Fishway



















FISHTRACK FISHWAY

Dampak Bendungan Terhadap Kelestarian Ikan Sungai


source: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0307/23/inspirasi/450098.htm

Dr Ing Ir Agus Maryono
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM (PUSTRAL-UGM) Masalah Lingkugan, Transportasi Sungai dan Banjir


RIBUAN jenis ikan air tawar di Indonesia dewasa ini ditenggarai punah. Masyarakat 20 tahun yang lalu masih melihat banyak sekali populasi ikan air tawar di sungai-sungai sekitar mereka. Saat ini, ikan-ikan itu hampir tidak ada lagi.

MASYARAKAT biasanya hanya mengklaim bahwa penyebab hilangnya ikan-ikan tersebut adalah pencemaran air sungai yang sedemikian tinggi dan penangkapan ikan yang tidak terkendali.

Masyarakat belum melihat bahwa ada penyebab lain yang juga cukup signifikan, yaitu pembangunan bendung-bendung melintang sungai. Demikian juga konstruksi fisik hidraulis lainnya yang tidak memperhatikan kelestarian berbagai jenis ikan air tawar tersebut.

Pembangunan bendung (weir) di seluruh pelosok Tanah Air, umumnya masih menggunakan konstruksi bendung permanen melintang badan sungai. Akibatnya, seluruh tampang sungai tertutup bendung tersebut. Tipe bendung seperti ini merupakan tipe yang sampai saat ini lazim dibuat di seluruh Indonesia.

Lalu, apa kaitan bendung tersebut dengan kepunahan ikan air tawar yang semakin memprihatinkan? Perlu diketahui bahwa pembangunan bendung melintang sungai ini masih hanya menggunakan pendekatan hidraulis konvensional. Bendung hasil rekayasa seperti itu sama sekali tidak memikirkan sejauh mana dampaknya terhadap fauna air. Dengan adanya bendung melintang sungai ini, maka segala jenis fauna air, seperti berbagai jenis ikan yang mempunyai karakteristik migrasi dari hulu ke hilir dan sebaliknya, tidak dapat hidup di wilayah sungai yang bersangkutan. Hal itu karena rute migrasi mereka terblokade (terhalang) bendung.

Penghalang migrasi ikan

Migrasi seperti dilakukan oleh ikan dan fauna air lainnya untuk menyesuaikan karakteristik psikologinya dengan kondisi sungai. Mereka juga mencari makanan maupun untuk menghindari predator pemangsanya. Populasi ikan yang mempunyai kebiasaan bermigrasi untuk sungai-sungai di Indonesia mencapai sekitar 25-30 persen (Namastra Probosunu, 2003).

Banyak ikan air tawar yang harus meletakkan telurnya di hulu sungai. Karena itu, mereka harus ke hulu untuk bertelur. Kemudian mereka kembali ke arah hilir untuk hidup biasa. Setelah menetas, anak-anak ikan tersebut akan kembali ke hilir untuk hidup. Demikian juga sebaliknya, banyak ikan yang mempunyai kebiasaan meletakkan telur di hilir dan hidup di hulu. Contoh klasik untuk ikan-ikan yang bermigrasi adalah ikan salmon, sidat atau belut sungai-laut (M reitaborua), ikan kuweh (C ignobilis), ikan belanak (M chepalus), ikan keting (M nemurus), ikan garing (L sora), ikan kulari (T hispidus), dan masih banyak jenis lainnya (Proceeding ASEHI, 2001).

Bendung adalah bangunan air yang dibuat melintang sungai, membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air di bagian hulu. Konstruksi bendung umumnya dibuat dari urukan tanah, pasangan batu kali, atau beton.

Bendung tidak didesain untuk menampung air. Namun, hanya menaikkan level muka air. Dengan naiknya level muka air, air sungai dapat dimanfaatkan untuk irigasi di bagian hilir. Dengan dibangunnya bendung permanen ini, sifat kemenerusan (flow) sungai akan terinterupsi. Akibatnya, sungai menjadi alur aliran yang terpotong-potong. Alur yang terpotong ini menyebabkan perubahan keseimbangan alam, baik abiotik (fisik) maupun biotik (bio-ekologis).

Keseimbangan abiotik akan terganggu, misalnya sedimen akan tertahan di bagian hulu dan erosi terjadi di bagian hilir, defisit air di bagian hilir. Keseimbangan biotik juga terganggu, misalnya dengan terputusnya alur nutrisi dan jalur migrasi fauna air sungai.

Bendung-bendung yang ada di Indonesia umumnya sama sekali tidak atau belum dilengkapi dengan tangga ikan atau fishtrack atau fishpassage). Desain seperti itu mengakibatkan ikan-ikan dan fauna sungai lainnya akan punah, daur hidupnya terputus karena pada umunya ikan-ikan ini tidak mampu melewati mercu bendung yang tingginya rata-rata 1-10 meter. Kondisi seperti itu merupakan sebagian dari bukti pembangunan sungai selama ini masih menggunakan konsep hidraulis murni tanpa pertimbangan ekologi.

Ekosistem terbuka

Dalam konsep pembangunan wilayah sungai, sungai seharusnya tidak dapat lagi dipandang hanya sebagai alur aliran air yang mengandung sedimen saja. Sungai harus dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem dengan seluruh komponennya (air, sedimen, flora-fauna sungai, morfologi, morfodinamik, dan lain sebagainya).

Kesatuan ekosistem sungai yang dimaksud bukan hanya kesatuan ekosistem sungai secara lokal. Akan tetapi, sebagai kesatuan secara integral hulu-hilir. Sungai harus dipandang sebagai ekosistem yang bersifat terbuka (open ecosystem) hulu-hilir. Artinya, ada kesatuan saling berpengaruh antara hulu dan hilir. Seluruh kejadian di hulu akan berpengaruh terhadap hilir dan seluruh kejadian di hilir akan berpengaruh ke hulu.

Di Indonesia, keberadaan bangunan tangga ikan (fishtrack) masih tergolong langka. Jumlah bendung yang menggunakan tangga ikan masih dibawah satu persen. Dengan demikian keberadaan bendung merupakan ancaman bagi keberlangsungan beberapa spesies ikan air tawar, terutama yang termasuk kategori migratory species, misalnya: ikan sidat dan pangasius.

Konstruksi tangga ikan yang dibangun pada bendung dan bangunan melintang sungai lainnya dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada ikan dan juga fauna sungai lainnya (seperti belut, kepiting, dan udang) untuk bermigrasi, baik ke hulu maupun ke hilir untuk kelangsungan hidup mereka.

Berikut ini disajikan empat macam konstruksi tangga ikan yang dapat dikaji dan selanjutnya diterapkan di Indonesia.

1. Tangga ikan berupa parit kecil melingkar bendung menghubungkan air di hulu dan di hilir bendung (prioritas I, gambar B). Konstruksi ini merupakan konstruksi yang sangat disarankan karena di samping murah, masih memakai konsep natural ekologi sungai sehingga ikan dan fauna lain tidak mengalami stres ketika harus melewati tangga ikan ini. Dengan konstruksi ini, keterbukaan ekosistem sungai masih terjamin.

2. Tangga ikan berupa konstruksi ramp (tumpukan batu) di sisi bendung (prioritas II, gambar A). Konstruksi ini cukup efektif dibuat dan tidak memerlukan areal yang luas. Konstruksi tumpukan batu berseling ini biasanya dipasang jika tidak tersedia tanah yang cukup di luar bendung. Ikan dan fauna lain akan berenang, naik atau turun dengan memanfaatkan resistensi dari batu-batuan yang ada.

3. Tangga ikan dibuat dari konstruksi beton atau baja dengan bentuk khusus yang dipasang pada sisi tubuh bendung (prioritas III, gambar C). Konstruksi ini dibuat sebagai modifikasi konstruksi ramp, lebih sederhana. Namun, konstruksi ini memerlukan penelitian laboratorium secara intensif terlebih dulu karena tidak semua jenis ikan bisa melewati konstruksi tersebut.

4. Konstruksi lift yang dipasang di tubuh bendung yang secara periodik naik-turun untuk membawa ikan ke arah mercu bendung bagian hulu dan sebaliknya (prioritas IV). Konstruksi ini relatif mahal karena harus menggunakan mekanik untuk menaikkan-menurunkan lift secara periodik.

Berpijak pada uraian di atas, dapat disarankan bahwa sangat perlu mengadakan evaluasi terhadap bendung-bendung yang telah dibangun sampai sekarang ini. Selanjutnya, coba dilengkapi dengan tangga ikan (fishtrack) atau jalan ikan (fishway) dengan memilih prioritas konstruksi seperti disebutkan di atas atau konstruksi lain yang sesuai. Di samping itu, perlu dibuat persyaratan baru dalam pembangunan bendung baru yang mewajibkan pembuatan tangga ikan sekaligus melengkapi bendung lama dengan tangga ikan.


Hal tersebut penting sekali guna mengurangi laju kepunahan ikan air tawar yang sekarang ini sedang berlangsung secara besar-besaran. Pembangunan bendung dengan fishtrack inilah filosofi keterpaduan antara pembangunan dan konservasi dapat dipahami. Jajaran lingkungan hidup, permukiman dan prasarana wilayah, serta lembaga swadaya masyarakat bertanggung jawab penuh akan masalah ini.




source: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0307/23/inspirasi/450098.htm